Ki Hajar Dewantara dalam kongres taman siswa pertama pada tahun 1930 menyebutkan bahwa,
Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan budi perkerti (kekuatan batin, karakter) pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian–bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.Di Indonesia, jarang anak-anak yang mau belajar ilmu agama. Mereka beranggapan bahwa pendidikan berbasis agama Islam itu kuno (tidak modern), sehingga mereka merasa bahwa dirinya tidak akan keren atau hits, jika belajar di sekolah yang berbasis agama, seperti halnya pondok pesantren.
Namun, banyak orang tua yang lebih memilih pesantren sebagai wadah yang tepat bagi buah hatinya. Karena mereka melihat pergaulan remaja di luar sana yang semakin bebas. Banyak remaja-remaja yang sudah terjerumus dalam pergaulan bebas seperti, menjadi anak punk dan menjalani gaya hidup yang tidak sewajarnya dijajaki di usia remaja. Mereka hanya memikirkan kesenangan semata, tanpa memikirkan imbas perbuatannya.
Banyak remaja sekarang berjalan tanpa adab, tidak menghormati orang yang lebih tua juga tidak menghargai anak yang lebih muda, bahkan banyak orang-orang dewasa yang membudakkan malaikat kehidupannya (orang tua) guna merawat dan menjaga anaknya. Hal ini terjadi karena kurangnya ilmu agama yang kuat dalam diri seseorang.
Zaman sekarang, pergaulan bebas di Indonesia sudah lumrah, maka pondok pesantren dengan mengajarkan berbagai macam ilmu agama datang sebagai solusi yang tepat untuk permasalahan yang marak ini.
Di pondok pesantren, para santri tidak hanya diajarkan ilmu sosial melainkan dasar ilmu ketuhanan juga ilmu peradaban. Dalam ilmu ketuhanan mereka belajar asas-asas tauhid (dasar tauhid) juga tasawuf. Di dalamnya menjelaskan bagaimana cara mengenal tuhan dan cara mendekatkan diri pada-Nya.
Peradaban hari ini tidak hanya membutuhkan orang pintar, tapi juga orang yang mau belajar dan jujur dalam tindakan. Maka santri adalah orang yang sangat berpengaruh dalam peradaban kesuksesan zaman. Mengapa? Karena santri akan jadi pintar dengan berfikir dan belajar, berfikir rasional maupun irasional.
Sukses bisa dicapai dengan pengetahuan dan pengalaman, sedangkan santri yang ada di pondok pesantren belajar keduanya dalam waktu yang bersamaan. Maka kata sukses akan sangat mudah digapai oleh santri.
Sekarang banyak orang-orang yang pintar tetapi minim dalam kejujuran. Berbeda dengan santri yang sudah diajarkan adab, kejujuran dan ketauhidan. Jika filsafat keilmuan tertinggi saja mereka paham, apalagi falsafah pengetahuan sosial yang kelihatan?, mereka akan lebih paham dan bertindak sesuai ajaran Alquran. Dengan landasan ini, dunia sekarang akan semakin sukses dengan kejujuran dan kebenaran jika di dominasi oleh generasi muda yang paham baik dari materi maupun implementasi ajaran agama seperti santri yang memiliki pengetahuan agama.
Santri hari ini berbeda dengan santri yang ada dipikiran masyarakat global, yakni terkait santri yang hanya mengenal dan mengedepankan ilmu pengetahuan keagamaan, tanpa mengetahui ilmu yang lain. Santri saat ini adalah santri yang paham ilmu keagamaan juga bidang keilmuan lain. Mereka mampu berpikir logis, berpikir rasional dan juga dekat dengan inovasi-inovasi dalam berbagai hal. Santri saat ini banyak yang mengkolaborasikan ilmu agama dengan pengetahuan dan teknologi modern yang dapat memekarkan peradaban.
Anggapan bahwa pendidikan berbasis agama itu tidak keren atau modern merupakan sebuah kekeliruan yang mulai hari ini harus segera dihilangkan. Tidak akan tercipta sebuah peradaban yang mapan apabila generasi penerusnya tumbuh dan berkembang tanpa memegang pondasi religi kehidupan.
Santri hari ini berbeda dengan santri yang ada dipikiran masyarakat global, yakni terkait santri yang hanya mengenal dan mengedepankan ilmu pengetahuan keagamaan, tanpa mengetahui ilmu yang lain. Santri saat ini adalah santri yang paham ilmu keagamaan juga bidang keilmuan lain. Mereka mampu berpikir logis, berpikir rasional dan juga dekat dengan inovasi-inovasi dalam berbagai hal. Santri saat ini banyak yang mengkolaborasikan ilmu agama dengan pengetahuan dan teknologi modern yang dapat memekarkan peradaban.
Anggapan bahwa pendidikan berbasis agama itu tidak keren atau modern merupakan sebuah kekeliruan yang mulai hari ini harus segera dihilangkan. Tidak akan tercipta sebuah peradaban yang mapan apabila generasi penerusnya tumbuh dan berkembang tanpa memegang pondasi religi kehidupan.
Pewarta : Aisyatu Rohmaniya, Rahma Fadlillah, Selvi Helena P, & Septiana Ningsih (XII B / Agama).