Ngonten Class, Upaya Giat Berliterasi yang Terintegrasi dengan Kecakapan Moral Verbal dan Spiritual.
KBBI Daring menyebutkan bahwa literasi adalah (1) kemampuan menulis dan membaca, (2) pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, (3) kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Ini artinya bahwa literasi mempunya cakupan yang luas, tidak hanya berbicara tentang membaca dan menulis huruf, melainkan kemampuan menangkap informasi dengan pemikiran logis dan kritis dan akhirnya mampu memanfaatkannya secara efektif mencapai tujuan tertentu. Literasi merupakan issue yang sangat penting khususnya di era revolusi industry 4.0 sekarang ini karena letak kesuksesan suatu masyarakat bergantung pada kemampuan generasi nya menciptakan inovasi.
Bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut dalam berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global. (Laksmi, 2020). Namun, jangankan kemampuan literasi, minat baca anak Indonesia saja masih tergolong rendah. Menurut survey UNESCO tahun 2014 dalam Permatasari, dkk (2017), anak Indonesia hanya membaca 27 halaman dalam setahun dan dominan lama baca sekitar 0-2 jam per hari nya adalah sebanyak 63%, sementara lama baca lebih dari 6 jam per hari nya hanya sebanyak 2%. Sementara itu, Tahmidaten dan Krismanto (2020) menyebutkan hasil asesmen yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik).
Beberapa pemaparan data diatas, cukup untuk menggerakkan kita sebagai pendidik professional, membuat sebuah formulasi bgaimana caranya agar peserta didik kita tidak semakin larut pada budaya tersebut. Salah satunya dengan cara menitikberatkan literasi anak pada sebuah finish yakni bercerita. bercerita sangat berperan penting dalam peningkatan literasi anak. Beberapa manfaat yang bisa didapat melalui metode bercerita adalah sbb; 1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak. Cerita efektif bermanfaat untuk mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku anak. Pengulangan, imajinasi anak dan nilai kedekatan guru atau orangtua membuat cerita menjadi efektif untuk mempengaruhi cara berfikir mereka. 2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi. Anak membutuhkan penyaluran imajinasi dan fantasi tentang berbagai hal yang selalu muncul dalam pikiran anak-anak. 3. Memacu kemampuan verbal anak. Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tapi juga mendidik, sekaligus merangsang berkembangnya komponen kecerdasan linguistik yang paling penting, yakni kemapuan menggunakan bahasa untuk menjadi sasaran praktis. 4. Merangsang minat menulis anak. Anak yang gemar mendengar dan membaca cerita akan memiliki kemampuan berbicara, menulis dan memahami gagasan rumit dengan lebih baik. Cerita dapat menimbulkan inspirasi dan menstimulasi anak untuk menulis.
Metode bercerita sangat disarankan untuk dimulai pada anak sejak usia dini, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan juga pada orang dewasa. Pemilihan bahan cerita, penggunaan media yang menarik serta teknik penyampaiannya yang menarik yang perlu dipikirkan untuk mencapai target yang maksimal. maka dari itu hadirlah agenda “Ngonten Class” yang di bebankan pada setiap walikelas anak kelasnya untk membuat satu perbincangan, entah itu membicarakan atau menceritakan pengalaman, atau membedah hasil bacaan Ketika kegiatan literasi dan lain sebagainya. Diharapkan ngonten class ini bisa menjadi media untuk anak-anak untuk lebih giat lagi berliterasi, yang muaranya pada kecakapan verbal,mental, spiritual dan moral yang paling penting.
Oleh : Bayu Aryo Kokok, S.Pd. (Guru PJOK MA Takhassus Al-Inaaroh)