Eskalasi Pembentukan Karakter Pelajar Pancasila Sebagai Modal Berselancar Menerjang Arus Era Digital

Eskasi Pembentukan Karakter Pelajar Pancasila Sebagai Modal Berselancar Menerjang Arus Era Digital
OLEH : LULU SALAMA WARDANI (KELAS XII B)

Pendahuluan

Pelajar dalam beberapa tinjauan penelitian, seringkali menjadi subjek yang sangat menarik untuk dibahas. Berbagai persoalan yang menerpa dunia pelajar maupun rangkaian serba-serbi dunia pendidikan akan sangat krusial jika dikupas secara mendalam. Hal itu tidak lepas dari fase yang sedang ditempuh oleh para pelajar khususnya di tingkat SMA/ Sederajat merupakan fase dimana berbagai problematika yang bersumber dari kematangan pola pikir mereka sedang diuji.

Dalam beberapa waktu terakhir marak di bicarakan berbagai hal yang menyangkut dunia pelajar, seperti bagaimana problematika menjadi bagian dari generasi yang harus mampu bertahan di era digitalisasi yang kita tahu bersama bahwa era ini memiliki prosentase fifty-fifty antara dapat beradaptasi menuju generasi yang berdaya saing global, ataukah tergelincir kedalam dampak negatif dari era digitalisasi ini.

Disisi lain, pelajar hari ini juga sedang digencarkan terkait dengan pemupukan pondasi sebagai pelajar Pancasila, dengan tujuan bangsa Indonesia di masa mendatang akan mampu menjadi bangsa yang mapan, memiliki daya saing global, kreatif dan inovatif namun tetap memiliki ciri khasnya sebagai bangsa yang berkarakter, berbudi pekerti luhur dan tentunya mampu menjaga keututuhan negara dengan berlandaskan Ideologi Pancasila.

Isi

Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan atau Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang rencana strategis Kemendikbud yang membahas visi, misi dan tujuan Kemendikbud. Isinya adalah untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri , dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar pancasila yang beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Bukan sebuah hal omong kosong jika hari ini generasi muda perlu atau bahkan diwajibkan untuk menelisik lebih dalam terkait eskalasi pemahaman konsep tujuan pemerintah menggencarkan gerakan pelajar pancasila ini. Problematika yang muncul diera digitalisasi seperti sekarang, memang tidak lepas dari hal-hal yang harus diimbangi dengan sebuah kebijakan konkret sebagai tindakan preventif agar generasi masa depan tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang berkarakter.

Luasnya informasi yang bertebaran dimedia masa serta pengaksesannya yang sangat mudah, baik itu via internet atau media konvensional lainnya tanpa adannya sebuah filter yang ketat, membuat generasi hari ini harus ekstra hati-hati. Tidak terkecuali pelajar. Hari ini bahkan dapat dikatakan jika hampir semua kalangan pelajar Indonesia sudah akrab dengan hal-hal yang berbau digital, seperti pembelajaran yang mau tidak mau harus menggunakan fasilitas internet, belum lagi dalam keseharian seorang pelajar pasti tidak lepas dari penggunaan media sosial, game online yang mereka gandrungi secara tidak bijak dan lain-lain, dimana itu semua tentu akan berpengaruh terhadap karakter dan persepsi pelajar itu sendiri.

Menurut Sumolang (2013 : 2 ) bahwa “ penggunaan media sosial dan Game online memberikan dampak yang buruk jika dimainkan secara berlebihan dan tidak adannya dampingan dari orang tua sehingga kemungkinan berimbas pada hal-hal yang tidak diinginkan mungkin saja terjadi”.  jadi, penggunaan fasilitas digital tentu harus di manage dengan baik dan juga harus mendapatkan mediator yang tepat dalam hal ini  merujuk pada orang tua dan pihak yang bertanggung jawab dalam perealisasian pendidikan yang berorientasi pada penguatan karakter sebagai pelajar pancasila.

Dikutip dari media Kumparan edisi 8 juli 2023, pernah diberitakan seorang siswa SMA di Bekasi dianiaya oleh empat siswa lainnya setelah mereka saling mengejek di media sosial. Hal serupa terjadi pada November 2018 di bawah Tol Besar Asing, di Bintaro, Jakarta Selatan. Satu korban tewas setelah dua kelompok mahasiswa menantang duel di Instagram.

Maraknya kasus yang bersumber dari kurang ramahnya pelajar dalam berekspresi di era digital ini dan minimnya upaya penyeimbangan konkret berupa arahan maupun regulasi yang disosialisasikan secara gencar untuk membentuk pondasi para pelajar itu sendiri agar lebih bijaksana, entah dari pemerintah, pihak keluarga maupun dari lingkup institusi pendidikan sehingga menimbulkan akibat yang fatal, membuat kita harus benar-benar jeli untuk mulai peduli  terhadap apa-apa yang dapat menjadi upaya pengukuhan pondasi sebagai pelajar, dalam hal ini tertuju pada kewajiban memahami dan merealisasikan prinsip dasar sebagai pelajar pancasila yang sebenarnya sudah di intruksikan pemerintah sejak lama. Harapannya kita sebagai pelajar terhindar atau paling tidak meminimalisir dampak negatif dari hadirnya era digital itu sendiri.

Kita juga perlu menitik beratkan imbas dari gaya dan problematika pelajar yang berada dalam kondisi tersebut dimana harus diimbangi dengan sikap mental dan spiritual yang selaras dengan perkembangan zaman namun tetap membumi dengan kekuatan karakter kebangsaan dan kultur budaya yang ditanamkan melalui ranah Pendidikan. Beberapa Kondisi saat ini yang sudah benar-benar menunjukkan terjadinya  degradasi moral ditandai dengan kebiasan menyimpang yang dilakukan oleh generasi muda, khususnya pelajar haruslah menjadi perhatian khusus bagi kita. Selain hal-hal yang telah disinggung dalam pembahasan diatas, contoh lain pelajar era digital berpeluang memiliki kebiasaan buruk adalah dengan maraknya tayangan televisi yang tidak senonoh, kecurangan akademik, dan hal menyimpang lainnya yang juga marak terjadi disekitar kita, membuat kita lagi-lagi dituntut untuk memiliki opsi efektif berupa pondasi kuat dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

Pembangunan karakter lewat pendidikan karakter menjadi suatu keharusan, karena pendidikan tidak hanya mengantarkan anak bangsa menjadi cerdas tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat pada umumnya. Tujuannya agar setiap apa yang kita lakukan sebagai pelajar yang mungkin masih labil, atau seenaknya sendiri, bisa lebih bijaksana.

Pendidikan yang berorientasi pada pembentukan karakter dalam dunia pendidikan tanah air, perlu untuk terus mendapatkan perhatian utama. Karena itu, tanggungjawab penyelenggaraan pendidikan yang diorientasikan pada pembentukan karakter, tidak hanya diserahkan  sepenuhnya pada salah satu institusi pendidikan, melainkan menjadi tanggungjawab bersama, baik lingkungan pendidikan formal, non-formal, dan in-formal. Oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Dengan demikian, ketiga lingkungan pendidikan tersebut menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dalam membawa misi penyelenggaraan pendidikan berbasis pembentukan karakter.

Sebuah profil dan harapan masa depan tentang sosok karakter pelajar yang diinginkan oleh bangsa Indonesia melalui kebijakan pemerintah, dengan identitas budaya Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang berakar dalam masyarakat Indonesia pada masa mendatang, menjadi masyarakat terbuka yang berkewarganegaraan global, dapat menerima dan memanfaatkan keragaman sumber, pengalaman, serta nilai-nilai dari beragam budaya di dunia, namun sekaligus tidak kehilangan ciri dan identitas khasnya tentu saja dapat terealisasi. Dengan catatan kita sebagai pelajar harus mau ikut andil dalam proses mewujudkannya.

Kesimpulan

Kesimpulannya, melalui Profil Pelajar Pancasila yang meliputi enam dimensi yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berkebhinekaan global, bernalar kritis, bergotong-royong, kreatif dan mandiri. Pendidikan Indonesia pasti mampu menjadikan pelajar di seluruh pelosok tanah air untuk lebih memahami, menghayati, dan melaksanakan nilai Pancasila, untuk kemudian dapat bersaing kekancah global di era digitalisasi ini. dimana Pancasila juga menjadi ideologi negara yang telah disepakati bersama oleh para tokoh bangsa ini, apabila seluruh komponen masyarakat khususnya para pelajar yang berperan sebagai subjek utamanya berkenan mengindahkan gagasan dari pemerintah untuk merealisasikan prinsip sebagai pelajar Pancasila.    

Referensi / Daftar Pustaka

1. Sumolang,M. (2013). Peranan Internet Terhadap Generasi Muda di DesaTounelet  Kecamatan Langowan Barat. Journal Acta Diurna,2(4). Diakses 20 Juli 2023, dari Unsrat.  

2. kumparan. (2023). Ketika Remaja Tidak Bisa Mengontrol Dirinya di Media Sosial. Diakses pada 19 juli 2023, dari Website resmi kumparan.

3. https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila . Diakses pada 19 Juli 2023

Beranda Alinaaroh

Beranda Al-Inaaroh merupakan media yang mengakomodir berbagai bentuk informasi lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan Yayasan Abah Lutfi Center.

Post a Comment

Berkomentarlah dengan sopan dan sesuai dengan topik pembahasan

Previous Post Next Post