Cahya Aila Khusna
Liya Amelia
Safira Ariani
Zaman telah bertransformasi menjadi zaman serba canggih. Pun dengan manusia yang juga semakin berlomba-lomba menjadi "si nomor satu", melupakan bahwa hakikatnya tidak ada nomor satu selain yang maha satu yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Menanggapi kenyataan itu, pesantren adalah salah satu wadah pembiasan kebudayaan yang bisa jadi menghindarkan manusia dari keinginan menjadi si nomor satu. Di pesantren, santri diajarkan untuk selalu merendahkan diri dan mengalah pada hawa nafsu sesaat yang cenderung sering menyesatkan.
Melihat dunia tempat kita tinggal yang dipenuhi oleh bayang-bayang tak kasat mata yang merambahi hampir sebagian besar hati penduduknya, dipastikan jika pesantren yang juga mengadakan pelatihan peluesan hati adalah tempat yang paling tepat untuk kita paling tidak bisa mengontrol segala sesuatu yang bisa menjerumuskan kita hanyut kebelaian hawa nafsu dan kemudian menyesatkan.
Banyak yang mengatakan bahwa santri dan militer adalah kemiripan yang tak sama, pembedanya terletak pada sarung dan celana. Karena pacuan terhadap waktu, acuan terhadap sasaran terkait banyak hal seolah menjadi kebiasaan yang harus dijaga oleh keduanya. Hidup disatu tempat dengan ratusan bahkan ribuan orang berbeda kepribadian, pandangan dan latar belakang merupakan tantangan tersendiri yang sudah dibuktikan oleh mereka para santri. Dari banyaknya faktor tadi, pada akhirnya membuahkan generalisasi publik, bahwa pesantren merupakan gambaran hidup bermasyarakat dengan ruang lingkup yang lebih kecil.
Banyak sekali hal-hal yang kita harus Terima meski kita tak menghendakinnya. Mulai dari harus hidup bersama dengan orang yang tidak kita sukai, menerima keputusan sistem peraturan yang kita sulit menaatinya, serta mulai mencoba merasakan berbagai macam desir yang bergejolak dihati sekaligus mencoba untuk menanganinya dengan bijak.
Tetapi sebenarnya dari semua itulah, satu hal terpenting yang sering kali kita lupa bahwa sejatinya pendidikan pesantren adalah kebutuhan mutlak oleh seseorang yang harus menghadapi segala bentuk ketidakpastian arah kehidupan modern ini. Ketulusan hati yang paling dalam untuk menjalankan apa yang telah menjadi ketetapan Takdir, menjadi kunci utama untuk benar-benar kita jaga dan dijunjung tinggi hingga kapanpun.
Dari banyaknya hal yang terjadi hari ini, dan membaca perkiraan arah kemajuan zaman yang akan datang, maka pesantren saat ini dan seterusnya selalu akan dibutuhkan bagi semua orang didunia. Agar para manusia yang memiliki rasa ke-aku-an untuk menjadi "si nomor satu" Bisa terkontrol dengan baik untuk kemudian selalu kembali pada kesejatian seorang manusia dihidupkan.