Pemilu atau
singkatan dari Pemilihan Umum adalah proses demokratis guna memilih wakil
rakyat atau pejabat pemerintahan secara langsung oleh rakyat didalam suatu negara. Pemilihan
Umum merupakan mekanisme penting didalam sistem demokrasi negara hari ini yang
memungkinkan rakyat dapat berpartisipasi dalam menentukan pemimpin dan
kebijakan suatu negara. Tujuan utamanya adalah memberikan kesempatan kepada
warga negara untuk menyampaikan aspirasi mereka dan memilih para pemimpin yang
akan mewakili mereka di kursi pemerintahan. Dalam Pemilihan Umum, warga negara
yang memenuhi syarat memiliki hak untuk memberikan suara mereka kepada kandidat
atau partai politik yang mereka pilih. Hasil pemilu kemudian digunakan untuk
menentukan siapa yang akan memegang jabatan politik, baik di tingkat lokal,
regional, maupun nasional
Di negara kita,
pesta pemilu masih kerap diwarnai aksi-aksi yang mengundang banyak konflik dan
itu melibatkan masyarakat dalam skala besar. Bagaimana ini semua bisa terjadi ?
. momentum musyawarah dalam tingkat universal suatu negara yang tujuannya
mendapatkan kesepakatan bersama, justru seperti menjadi event saling singgung,
saling menjatuhkan, dan yang terparah adalah timbulnya perpecahan yang justru
membuat keharmonisan masyarakat kita menjadi renggang.
Sebelumnya, kita harus meliterasi terkait apa dan
seperti apa pemilu itu di gelar dalam sebuah negara. Ditambah lagi siapa dan
bagaimana sebuah kelompok didalam masyarakat berperan mengawal pesta demokrasi
ini agar tetap damai dan kondusif. Menurut Andrew Reynolds Pemilu adalah metode
yang di dalamnya mengandung suara-suara yang diperoleh dalam pemilihan.
Kemudian diterjemahkan menjadi kursi-kursi yang dimenangkan dalam parlemen oleh
partai dan para kandidat. Pemilu merupakan sarana penting untuk memilih wakil
rakyat yang bekerja dalam proses pembuatan kebijakan negara. Sedangkan menurut
Pratikno dalam Labolo (2017 :1). “Pemilu merupakan mekanisme politik
untuk mengkonversi suara rakyat atau votes menjadi wakil rakyat atau seats”.
Dari beberapa telaah ahli diatas dapat kita simpulkan
bahwa pemilu merupakan sebuah proses yang dilakukan suatu konstitusi negara
untuk mengumpulkan sebuah kesepakatan dari masyarakat dalam rangka menentukan
para pemimpin atau wakil rakyat (untuk menduduki kursi pemerintahan) dengan
metode yang sesuai dengan ketentuan setiap negara dan hasilnya harus menjadi
sebuah keputusan yang wajib diterima oleh setiap pihak dengan lapang dada. Meskipun
dikemudian hari akan ada pihak oposisi serta pihak afirmasi, itu adalah bentuk
upaya dari masyarakat mengawal kinerja dari setiap figur-figur terpilih untuk
memajukan suatu negara.
Akan tetapi yang
menjadi pembahasan inti dalam tulisan ini adalah tentang bagaimana para santri
ikut andil menciptakan nuansa pemilu yang damai. Bukan tanpa alasan, proses
pemilu yang juga turut menghadirkan agenda kampanye-kampanye, melibatkan
pendukung dalam skala kelompok besar, serta maraknya isu-isu gorengan dengan tujuan mencapai
kepentingan suatu golongan tertentu, menyebabkan maraknya selebrasi dangkal
dari banyak kalangan masyarakat. Yang dimaksud dalam hal ini adalah timbulnya
perpecahan, ketegangan, hingga konflik yang berkepanjangan.
Padahal apabila kita mau menengok setiap pagelaran pesta demokrasi yang diselenggarakan beberapa tahun sekali ini, tentu saja ketegangan, gesekan atau bahkan konflik dimasyarakat bawah ini sama sekali tidak ada artinya bagi para penguasa yang sudah mati-matian didukung oleh masyarakat yang berperan menjadi pendukung dari setiap figur calon-calon wakil rakyat atau calon pemerintah dinegara kita ini.
Mengutip
dari CNN Indonesia Jumat 9 Februari 2024 “ jangan sampai terulang ! Kerusuhan
yang terjadi pada 21-22 Mei 2019 sebatas bentrok antara massa dengan aparat di
sejumlah titik sekitar Sarinah, Tanah Abang, dan Sabang . Dimana insiden itu Bermula
dari aksi unjuk rasa para pendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto
dan calon wakil presiden Sandiaga Uno di depan kantor Badan Pengawasan Pemilu
(Bawaslu), Sarinah, Jakarta Pusat. Pasangan tersebut kalah dari Joko
Widodo-Ma'ruf Amin. Kemudian
mengutip dari Tribun News papua. 13
Februari 2024 “Satu hari jelang pesta pemilu tahun 2024, Kabupaten Nabire
Provinsi Papua tengah rusuh karena kecurigaan pemindahan TPS mengindikasikan
kecurangan pemilu”
Miris memang ,
karena hal semacam ini masih terus terjadi di negara yang sudah merdeka lebih
dari setengah abad ini. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh para santri untuk
menyikapi hal ini? Dan mengapa harus santri yang menjadi salah-satu pihak untuk
mengawal jalannya pesta pemilu dengan damai?. Menurut KH Mustofa Bisri dalam artikel
terbitan NU Online Jumat 6 oktober 2023, yang kita tahu bersama bahwa beliau
adalah tokoh ulama nusantara dan telah diakui oleh seluruh masyarakat kita.
Menurut Gus Mus, santri adalah murid kiai yang dididik dengan penuh kasih
sayang untuk menjadi mukmin yang kuat, Santri juga menjadi kelompok yang
mencintai negaranya, sekaligus menghormati orang tuanya meskipun keduanya telah
tiada. Selain itu, santri adalah mereka yang menyayangi sesama hamba Allah,
mencintai ilmu, dan tidak pernah berhenti belajar. "
Dari sini
akhirnya kita paham, bahwa pembiasahan metode pendidikan santri yang selalu
tidak lepas dari prinsip-prinsip nilai religi, secara terus menerus mengkaji
dan mengamalkan nilai toleransi, serta pemupukan pondasi kuat terkait nilai
nasionalisme dengan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar
membuat santri mampu memiliki peran vital dalam menciptakan situasi kondusif pesta
pemilu di negara kita.
Ditambah dengan
populasi santri hari ini yang mencapai angka 5 jutaan lebih, dari data Kemenag
yang tersebar di 39.045 pesantren per tahun 2022/2023. Belum lagi para alumni
pesantren yang sejak lama sudah mendominasi di setiap generasinya, membuat kita
optimis dan sangat yakin mereka mampu untuk setidaknya tidak mudah terpancing
provokasi, tidak mudah untuk diadu domba atau bahkan mampu untuk menciptakan
pemahaman ditengah masyarakat lewat syiar-syiar keagamaannya di forum-forum
keagamaan, di forum-forum masyarakat berbekal ilmu-ilmu yang dipelajarinya di pesantren
mereka masing-masing. Berdiri dan menjadi teladan ditengah minimnya pemahaman
masyarakat terkait pentingnya nilai toleransi, juga sangat mampu mereka lakukan
mengingat santri pada dasranya adalah insan-insan pilihan yang harus mampu
menjadi penyangga dari sebuah peradaban.
Menurut Gus
Kafabih “ Dengan sikap toleran dan moderat yang biasa para santri amalkan,
seharusnya bisa memandang perbedaan sebagai sebuah anugrah. Siapapun yang jadi
nantinya, itu adalah kebenaran semesta yang patut kita junjung bersama. Jangan
sampai memilih dengan durasi 5 menit saja, membuat perpecahan dimana-mana”
Kesimpulannya adalah dengan perkembangan zaman yang selalu menuju arah ketidakpastian, dimana salah satu fase didalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu diselenggarakannya pesta pemilu yang tentu saja tidak akan lepas dari sensitivitas masing-masing masyarakatnya. Karena mereka memiliki perspektif subjektifnya sendiri-sendiri, santri senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat untuk mampu memberi suri tauladan, memberi pemahaman bahwa nilai toleransi lebih tinggi dari tujuan egois setiap personal dari golongan atau kalangan tertentu. Karena sejatinya perbedaan pendapat adalah corak yang bisa kita analogikan seperti air dan minyak di dalam satu wadah. Meskipun berbeda, namun tetap indah didalam bingkai bernama “kebersamaan”.