Khaul Aulia’ Sunan Gambuh dan Nyai Tembang ke enam yang makamnya terletak di Dusun Tinembang, Desa Sidomulyo RT 01/RW 03 Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang baru saja dihelat pada Ahad 15 Muharram atau dalam kalender masehi jatuh pada tanggal 21 Juli 2024. Sejak lama kedua tokoh Aulia’ ini menjadi figur vital, khususnya di wilayah Kecamatan Limpung Batang. Namun baru rutin dirayakan beberapa tahun terakhir ini.
Menurut riwayat yang disampaikan oleh warga setempat, secara garis keturunan Sunan Gambuh memiliki silsilah yang menyambung ke Imogiri Bantul Jogjakarta, dimana Imogiri saat ini dikenal sebagai salah satu lokasi pemakaman raja-raja Mataram Islam yang dibangun oleh Sultan Agung antara tahun 1632 sampai 1634 Masehi. Sedangkan mbah Nyai Tembang memiliki silsilah yang tertuju pada Amangkurat 2 yang makam dan kerajaannya terletak di Kota Tegal.
Ada sebuah fenomena atau history menarik yang pernah dialami oleh santri Al-Inaaroh dengan Khaul dari Sunan Gambuh dan Nyai Tembang ini, dimana para santri Al-Inaaroh yang biasa berziarah ke makam mbah Wonobodro di waktu khaulnya, ketika itu bertepatan pada bulan Muharram 1443 H sedikit berbeda, KH. Muhammad Luthfi selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al-Inaaroh tiba-tiba memberikan dawuh agar setelah ziarah ke Wonobodro, santri-santrinya dihimbau untuk lanjut ziarah ke Dusun Tinembang, Desa Sidomulyo Kecamatan Limpung. Yakni ke tempat pesarean mbah Gambuh dan mbah Tembang. Padahal pada waktu itu, Abah KH Muhammad Luthfi , belum mengetahui secara detail terkait siapa, kapan dan seperti apa figur, Khaulnya serta kondisi makam kedua Aulia’ besar ini.Singkat cerita setelah sampai disana, secara kebetulan ternyata tepat hari itu juga masyarakat sekitar sedang memperingati khaul mbah Gambuh dan Mbah Tembang yang ke empat. Suasana yang sudah meriah, adanya panggung pengajian, dan berbagai hidangan selayaknya perayaan khaul-khaul ulama besar pada umumnya, membuat rombongan santri serta para Pengurus Pondok Pesantren Al-Inaaroh agak terkejut. Bagaimana mungkin hal yang tak terduga ini terjadi secara kebetulan. Mengingat sebelumnya rombongan dari Al-Inaaroh tak ada niatan untuk berkunjung kesana dan tidak memiliki banyak informasi terkait khaul dari Aulia’ Sunan Gambuh dan Nyai Tembang itu.
Tidak sampai disitu, anehnya kedatangan santri ini disambut hangat oleh warga sekitar, hidangan yang sudah tersedia, mendadak diperbanyak jumlahnya oleh warga sekitar, aroma lauk pauknya pun terasa sangat menggoda ketika melihatnya, padahal pada saat itu antara warga dan rombongan dari Pondok Pesantren Al-Inaaroh belum saling mengenal sama sekali. Keheranan pun berlanjut ketika para santri dari Pondok Pesantren Al-Inaaroh tiba-tiba dihaturkan mengisi acara untuk melantunkan burdah, sontak abah KH Muhammad Luthfi pun memberikan dawuh kepada santri-santrinya, agar tim hadroh dan vokalis yang hadir, mengiyakan permintaaan warga setempat hingga pada akhirnya acarapun berlangsung khidmat.
Seperti sebuah kejadian yang tidak nyata, pasalnya sederet kejadian tersebut, berlangsung begitu saja tanpa adanya rencana yang terstruktur. Yang sangat mengherankan adalah peristiwa hari itu terjadi secara spontanitas yang alurnya sepertinya sudah terencana dan memiliki rundown yang jelas serta dikoordinir oleh panitia profesional, padahal semua itu tidak ada sama sekali. Puncaknya para santri dan segenap rombongan Ponpes Al-Inaaroh dan Khaul Aulia’ Sunan Gambuh dan Nyai Tembang Desa Sidomulyo, Limpung Batang
Acara Khaul Auliya Sunan Gambuh dan Nyai Tembang ke enam ini berlangsung sangat khidmat, dan menurut penuturan panitia penyelenggara kali ini dihadiri oleh lebih banyak pengunjung dan selalu bertambah di setiap perhelatan acaranya. Setelah selesai menghadiri Khaul Mbah Gambuh dan Mbah Tembang, rombongan dari Pondok Pesantren bergegas ke Wonobodro sebelum kemudian pulang ke Pondok Pesantren Al-Inaaroh. Dari Pondok Pesantren Al-Inaaroh lagi-lagi dibuat terkejut. Abah KH Muhammad Luthfi selaku Pengasuh dari Pondok Pesantren Al-Inaaroh mendadak diminta untuk ngaji dan memberikan mauidloh khasanah di dalam acara khaul tersebut, dan menutupnya dengan doa munajat.
Dalam kesempatan kali ini, Mauidhoh khasanah diisi langsung oleh Abah KH. Muhammad Luthfi yang kini tidak hanya dikenal sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Al-Inaaroh, melainkan beberapa waktu lalu telah resmi menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Batang. Pesan-pesan tentang kehidupan disampaikan Abah KH. Muhammad Luthfi dalam mauidhoh khasanah kemarin.
Acara Khaul Auliya Sunan Gambuh dan Nyai Tembang ke enam ini berlangsung sangat khidmat, dan menurut penuturan panitia penyelenggara kali ini dihadiri oleh lebih banyak pengunjung dan selalu bertambah disetiap perhelatan acaranya. Setelah selesai menghadiri Khaul Mbah Gambuh dan Mbah Tembang, rombongan dari Pondok Pesantren bergegas ke Wonobodro sebelum kemudian pulang ke Pondok Pesantren Al-Inaaroh.