Berbicara mengenai tata krama, di era modern saat ini seperti mengangkat sebuah beban yang cukup berat. Bagaimana tidak, sebagai negara yang majemuk, Indonesia memiliki keberagaman adat istiadat, suku, budaya, agama, dan bahasa daerah. Hal ini yang menjadikan kendala paling kompleks dalam pemertahanan tata krama.
Tata krama dalam Bahasa Jawa disebut suba sita yang dianggap sebagai aturan dan adat sopan santun sebagai ketentuan yang berkaitan dengan norma-norma yang berlaku pada masyarakat. Masing-masing individu diharapkan dapat menjalankan tata krama dengan baik sebagai upaya pengendalian diri dari tindakan yang melanggar norma-norma seperti pada aspek pergaulan sosial, hubungan sosial, interaksi sosial pada suatu hubungan masyarakat tertentu.
Sebagai masyarakat Indonesia yang dikenal memiliki budaya ketimuran yang menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama, sudah sepantasnya masing-masing dari kita menyadari akan pentingnya tata krama. Tata krama cenderung mengacu pada prinsip perilaku hormat dan rukun. prinsip ini merupakan norma dasar dala perilaku pengembangan tata krama terutama dalam pergaulan di masyarakat. Prinsip inilah yang dipegang teguh pada masyarakat Jawa. Di mana budaya hormat terutama kepada orang yang dituakan sudah menjadi satu hal paling penting yang hendaknya diajarkan oleh orang tua sedari dini.
Namun, perlu disadari bahwa di masa modern saat ini, arus globalisasi dan informasi yang semakin cepat memungkinkan membawa pengaruh besar seseorang dalam bersikap. Norma-norma kesopanan dan tatalan lama bisa jadi tetap diterima, akan terjadi benturan-benturan yang mengganggu stabilitas pemertahanan tata krama utamanya pada generasi Z. Generasi ini memiliki kemudahan mengakses segala informasi dari manapun dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Akan tetapi, banyak yang tidak mampu memfilter sehingga seluruh informasi dianggap bisa diterapkan pada kehidupannya tanpa mempertimbangkan aspek norma. Adanya pergaulan bebas, mabuk-mabukan, gaduh di jam istirahat, kebut-kebutan merupakan beberapa perilaku nyeleneh yang ditimbulkan akibat adanya pengabaian norma tata krama dan kesopanan.
Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Pesantren, Pondok Pesantren Al-Inaaroh berkomitmen serius dalam pembentukan karakter santri. Sistem pendidikan yang mengedepankan ilmu agama dan tata krama di ajarkan baik di pondok maupun di lembaga pendidikan MTs dan MA Takhassus Al-Inaaroh. Adanya pembelajaran Bahasa Jawa juga sebagai salah satu wujud upaya pengendalian sosial Yayasan Abah Luthfi Center meliputi hal-hal yang perlu dilakukan dan yang tidak perlu dilakukan. Dalam hal ini, para santri diharapkan dapat memegang nilai-nilai budaya Jawa seperti hormat dan rukun, tingkah laku tata krama, suba sita, trapsila, unggah ungguh yang dipelajari dan didukung sepenuhnya oleh seluruh stakeholder Jamiah Al Inaaroh. Sehingga dapat terciptanya budaya sopan santun dan tata krama tetap terjaga hingga generasi penerusnya.